Ar-Rum
Ayat 21
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ
خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan
di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Pertama,
Sakinah
Yaitu perasaan
nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai,
…لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
Artinya : …
supaya kamu merasa nyaman kepadanya.
Seperti orang
yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan kenyamanan dan
ketenangan dalam kegelapan malam. Surat Yunus ayat 67 :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ
اللَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ
لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
Artinya : “Dialah
yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya (litaskunu
fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia
Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang mendengar”.
Kedua,
Mawadah
Dalam ayat :
…وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً…
Artinya : “…dan
dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”.
Mawadah adalah
perasaan ingin bersatu atau bersama.
Imam
As-Sayuthi رحمه الله (w. 911 H) dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595)
dari riwayat Ibn Al-Mundzir dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullahu
tentang firman Allah : “.. dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah”, beliau
berkata, “al-jima”. Demikian pula menurut Mujahid dan Ikrimah, sebagaimana
dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه الله (w. 745 H) dalam
Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.
Aku katakan :
Dalam jima (persetubuhan) memang secara lahir bisa terwujud kebersamaan, dengan
suatu perjanjian yang terkuat yaitu nikah (Qs. an-Nisaa’ 21). Rasulullah
shallallahu’alaihi wasalam bersabda:
لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ
مِثْلَ النِّكَاحِ
Artinya : “Tidak
ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-orang yang saling
mencintai seperti halnya pernikahan”.
Al-Qur’an juga
menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan bersama,
وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ
مِنَ اللَّهِ لَيَقُولَنَّ كَأَنْ لَمْ تَكُنْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ
يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya : “Dan
sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia
mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu dengan dia: “Wahai,
kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar
(pula)” [An-Nissa 73].
Lihat pula dalam
surat Al-Ma’idah ayat 82-83, tentang doa orang-orang yang memiliki mawadah:
رَبَّنَا آمَنَّا
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Artinya : “Ya
Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan keNabian Muhammad
shallallahu’alaihi wasalam )”.
Ketiga,
al-mahabah (المحبة)
Al-Hafizh Ibn
Katsir رحمه الله (w. 774 H) dalam Tafsirnya (6/309) tentang ayat,
“…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”. Beliau berkata, “(yaitu)
al-mahabah”. Seperti itu yang dikutip Imam Al-Qurthubi رحمه الله (w.
671 H) dalam Tafsir (14/17), dari perkataan Ibn Abbas radhiyallahu’anhu.
Ada yang
mengartikan al-mahabah, sebagai perasaan yang membuat buta untuk selain dia dan
tuli bagi selain dia. Seperti dalam satu hadits :
حُبُّكَ الشَّىْءَ يُعْمِى
وَيُصِمُّ
Artinya :
‘Kecintaanmu kepada sesuatu membuat buta dan tuli’.
Mengenai cinta
‘yang membuat buta dan tuli’ akan dibahas pada bab yang lain, insya Allah.
Keempat, Rahmah
Dalam ayat
diatas :
…وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
Artinya : “… dan
dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah”.
Rahmah adalah
kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada ikatan. Seperti cinta
antar orang yang bertalian darah, cinta orang tua terhadap anaknya, atau
sebaliknya. Sebagaimana tafsir yang disebutkan Imam As-Sayuthiرحمه
الله (w. 911 H) dalam Tafsir Dur Mantsur (11/595), riwayat Ibn Al-Mundzir
dan Ibn Abi Hatim, dari Al-Hasan rahimahullau tentang firman Allah : “… dan
rahmah”, Al-Hasan berkata, “al-walad (anak)”. Demikian pula menurut Mujahid dan
Ikrimah, sebagaimana dituliskan Imam Ibn Hayan Al-Andalusi رحمه
الله (w. 745 H) dalam Tafsir Al-Bahr Al-Muhyith (9/77) dan lainnya.
Al-Qur’an
menyebut hubungan darah ini al-arham,
وَأُولُو الأرْحَامِ
بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
Artinya :
Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan) itu sebagiannya lebih berhak
terhadap sebagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu [Al-Anfal 75].
Kata silaturrahim
juga berasal dari pecahan kata ini, artinya menyebarkan kebaikan yang benangnya
adalah rahim ibu. Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam menyebutkan hubungan
antara silaturahim dengan mahabah, lewat sabdanya :
تَعَلَّمُوا مِنْ
أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ
مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ
Artinya :
“Pelajarilah nasab kalian agar dapat menyambung saudara-saudara kalian. Sebab
silaturahim adalah (sebab adanya) kecintaan (mahabah) dalam keluarga,
melancarkan harta dan bertambahnya umur”.
Kelima,
Ar-ra’fah (الرأفة)
Al-Hafizh Ibn
Katsir رحمه الله (w. 774 H) dalam Tafsirnya (6/309) berkata, “…
menjadikan diantara keduanya (suami dan istri) mawadah yaitu al-mahabah, dan
rahmah yaitu ar-ra’fah ”.
ar-ra’fah adalah
perasaan yang bisa mengalahkan norma-norma kebenaran. Sebagaimana diingatkan
oleh Allah Ta’ala tentang hukuman bagi pezina:
…وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
“… dan janganlah
ra’fah kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat [An-Nur : 2].
Keenam,
Asy-syafaqah (الشفقة)
Imam
Al-Mawardi رحمه الله (w. 450 H) dalam Tafsir (3/315), berkata:
“Sesungguhnya al-mawadah (adalah) al-mahabah, dan ar-rahmah (adalah)
asy-syafaqah, berkata seperti itu As-Sa’di”.
Asy-syafaqah
adalah rasa kasih sayang dan belas kasihan yang timbul karena keadaan orang
lain, atau karena ada kesamaan keadaan yang ia temukan pada orang lain.
Sebagaimana Imam Tirmidzi رحمه الله dalam Sunan (4/325) berkata:
باب ما جاء في شفقة المسلم
على المسلم
Artinya : ‘Bab
apa-apa yang datang dalam syafaqah (kasih sayang) antara muslim dengan muslim”,
Lalu beliau
menyebut 3 hadits, diantaranya (no. 1927) “Muslim itu saudaranya muslim yang
lain…”, dan hadits (1928), “Muslim itu seperti sebuah bangunan…”.
Kaum muslim
saling mencintai sebab adanya kesamaan aqidah, mereka membangun wala
(loyalitas) dan bara’ (permusuhan) berdasarkan itu.
Ketujuh,
Ayat-ayat Allah
Maksudnya cinta
adalah sebagian dari ayat-ayat Allah,
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ
لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “…
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi kaum
yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Al-Hafizh Ibn Qayyim رحمه الله (w. 751 H)
telah merangkum istilah-istilah cinta yang banyak macamnya dalam kitab Raudhah
Al Muhibbin wa Nuhzah Al Musytaqin bagi yang ingin meluaskan pembahasan.
Cara meningkatkan alexa rank blog/ website dengan Active Search Results (ASR) kunjungi :
http://www.activesearchresults.comhttp://www.activesearchresults.com/addwebsite.phphttp://www.activesearchresults.com/login/register.phphttp://www.activesearchresults.com/help/about.phphttp://www.activesearchresults.com/searchform.php